November 10, 2011


LAPORAN
DENVER DEVELOPMENTAL SCREENING TEST (DDST) II PADA ANAK (Natasha Al Faradilla)






OLEH   :

Diva de Laura
1111135456
A 2011



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2011


Nama Mahasiswa        : Diva de Laura
NIM                            : 1111135456
Kelas                           : A 2011

1.      IDENTITAS ANAK
Nama               : Natasha A F
Tanggal Lahir    : Jambi, 02 Agustus 2009
Jenis Kelamin    : Perempuan
Agama              : Islam
Pendidikan        : -
Alamat              : Sijunjung, Sumatera Barat

2.      IDENTITAS ORANG TUA
Nama               : D S
Jenis Kelamin   : Laki-laki
Agama             : Islam
Pendidikan       : Sekolah Menengah Atas
Pekerjaan         : Swasta
Alamat             : Sijunjung, Sumatera Barat



RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
1.      Personal sosial/kemandirian bergaul
Orangtua anak mengatakan bahwa anak sudah mampu mengenal nama-nama anggota keluarga dengan baik, juga teman-teman sebayanya yang sering bermain dengannya disekitar lingkungan rumah. Anak juga sudah mulai bisa bekerjasama dengan orang lain saat bermain.
2.      Motorik Halus
Orangtua mengatakan bahwa anak sudah mulai bisa berhitung angka 1 sampai 5, tapi anak belum mengerti jika ditunjukkan angka-angka tersebut. Bergitu juga dengan mengenal alphabet, anak sudah bisa menyebutkan huruf A sampai C sendiri, tapi si anak tidak menerti jika diberi tulisan atau gambar alphabet tersebut.
3.      Bahasa
Orangtua mengatakkan bahwa anak sudah bisa berbicara dengan dimengerti oleh orang lain. Sehingga orangtua dan orang-orang disekitarnya bisa berkomunikasi dengan cukup lancar dengan si anak.
4.      Motorik Kasar
Orang tua mengatakan bahwa si anak termasuk anak yang lincah. Si anak termasuk anak yang tidak bisa diam, selalu ada saja yang dilakukannya baik saat sendiri maupun saat bersama orang lain.

PENGHITUNGAN UMUR

Tanggal Test    : 2011-11-07
Tanggal Lahir  : 2009-08-02  –
                                 2-03-05
Umur anak      : 2 tahun 3 bulan 5 hari → 2 tahun 3 bulan



PELAKSANAAN TEST DDST
SEKTOR
RESPON ANAK
KESIMPULAN
Personal sosial
Anak dapat memakai baju dengan bantuan
Anak dapat menggosok gigi dengan bantuan
Anak dapat mencuci dan mengeringkan tangan dengan bantuan
Anak dapat membuka pakaiannya sendiri
Anak dapat menyebut nama temannya
Anak dalam batas normal dan tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan sosial.
Motorik Halus
Anak sudah bisa mencorat-coret
Anak bisa mengambil manic-manik dan menunjukkannya

Anak dalam batas normal dan tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halus.
Bahasa
Anak sudah bisa bicara dengan dimengerti
Anak sudah bisa menunjuk 4 gambar
Anak sudah mengetahui bagian badannya
Anak sudah bisa menyebut 1 gambar
Anak sudah bisa berbicara 6 kata
Anak sudah bisa mengkombinasikan kata
Anak sudah bisa mengetahui 2 kegiatan
Anak dalam batas normal dan tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanya.
Motorik kasar
Anak sudah bisa melempar bola dengan lengan keatas
Anak sudah mulai bisa melompat
Anak sudah bisa menendang bola kedepan
Anak sudah bisa berjalan naik tangga
Anak dalam batas normal dan tidak mengalami kterlambatan dalam perkembangan motorik kasar.


INTERPRETASI HASIL DARI TEST DDST II
Anak dapat melakukan semua item yang di minta gengan baik sehingga anak dinyatakan lulus (P). Pada beberapa item yang dilakukan, anak mengalami perkembangan lebih. Walaupun ada beberapa item anak gagal (F), namun masih dalam batas normal.

KESIMPULAN DARI KEEMPAT SEKTOR
Anak dapat melakukan semua item yang ditunjukkan. Dapat disimpulkan bahwa anak mengalami perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar dengan baik dan normal sesuai dengan umurnya.

SARAN KEPADA ORANG TUA
Anak sudah mengalami perkembangan yang normal. Walaupun begitu diharapkan kepada orang tuanya untuk selalu mengawasi perkembangan anaknya agar tidak terjadi kesalahan dan orang tua juga harus menuntun anaknya dalam beberapa item yang belum mereka pahami seperti: membuat menara dari 6 kubus.

November 02, 2011

KONSEP LANJUT USIA (LANSIA)
Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP LANJUT USIA (LANSIA)
                                                                                     
Definisi Lansia

  • Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
  • Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005)
  • Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006).
  • Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu (Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama,1995).
  • Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
  • Usia lanjut adalah golongan penduduk atau populasi berumur 60 tahun atau lebih (Bustan, 2000).
  • Usia lanjut adalah masa yang dimulai sekitar usia 60 hingga 65 tahun dan berlanjut hingga akhir kehidupan (Stolte, 2003).
  • Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETUAAN 
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan tersebut antara lain : Hereditas, nutrisi, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan stress.

Batasan Lansia

  • Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
1.             Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun
2.             Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
3.             Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
4.             Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas

  • Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI) : Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian:
1.             Fase iuventus antara 25dan 40 tahun
2.             Verilitia antara 40 dan 50 tahun
3.             Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
4.             Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia

Tipe-tipe Lansia

  • Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:

  1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
  2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai kegiatan.
  3. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, jabatan, teman.
  4. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
  5. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, pasif, dan kaget.

Teori-teori Proses Penuaan
(1) Teori Biologi

  • Teori genetic dan mutasi (Somatik Mutatie Theory)
  • Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang terprogramoleh molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
     Teori radikal bebas

  • Tidak setabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan organik yang menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

     Teori autoimun

  • Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan gangguan pada keseimbangan regulasi system imun (Corwin, 2001). Sel normal yang telah menua dianggap benda asing, sehingga sistem bereaksi untuk membentuk antibody yang menghancurkan sel tersebut. Selain itu atripu tymus juga turut sistem imunitas tubuh, akibatnya tubuh tidak mampu melawan organisme pathogen yang masuk kedalam tubuh.Teori meyakini menua terjadi berhubungan dengan peningkatan produk autoantibodi.

    Teori stress

  • Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.

   Teori telomer

  • Dalam pembelahan sel, DNA membelah denga satu arah. Setiap pembelaan akan menyebabkan panjang ujung telomere berkurang panjangnya saat memutuskan duplikat kromosom, makin sering sel membelah, makin cepat telomer itu memendek dan akhirnya tidak mampu membelah lagi.

    Teori apoptosis

  • Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel jika lingkungannya berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini diperlukan pada perkembangan persarapan dan juga diperlukan untuk merusak sistem program prolifirasi sel tumor. Pada teori ini lingkumgan yang berubah, termasuk didalamnya oleh karna stres dan hormon tubuh yang berkurang konsentrasinya akan memacu apoptosis diberbagai organ tubuh.

(2). Teori Kejiwaan Sosial

  • Aktifitas atau kegiatan (Activity theory)
  • Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut bnyak kegiatan social.
  • Keperibadian lanjut (Continuity theory)
  • Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi tipe personality yang dimilikinya.
  • Teori pembebasan (Disengagement theory)
  • Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.

(3). Teori Lingkungan

  • Exposure theory: Paparan sinar matahari dapat mengakibatkat percepatan proses penuaan.
  • Radiasi theory: Radiasi sinar y, sinar xdan ultrafiolet dari alat-alat medis memudahkan sel mengalami denaturasi protein dan mutasi DNA.
  • Polution theory: Udara, air dan tanah yang tercemar polusi mengandung subtansi kimia, yang mempengaruhi kondisi epigenetik yang dpat mempercepat proses penuaan.
  • Stress theory: Stres fisik maupun psikis meningkatkan kadar kortisol dalam darah. Kondisi stres yang terus menerus dapat mempercepat proses penuaan.

Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

       Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:

(1) Perubahan Fisik

     Sel

  • Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel


     Sistem Persyarafan

  • Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan.

     Sistem Penglihatan.

  • Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.

     Sistem Pendengaran.

  • Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

     Sistem Cardiovaskuler.

  • Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.

     Sistem pengaturan temperatur tubuh

  • Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa factor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: Temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigildan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

     Sistem Respirasi.

  • Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.

     Sistem Gastrointestinal.

  • Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.

     Sistem Genitourinaria.

  • Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.

     Sistem Endokrin.

  • Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.

     Sistem Kulit.

  • Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.

     System Muskuloskeletal.

  • Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.

     Perubahan Mental

  • Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
1.             Perubahan fisik.
2.             Kesehatan umum.
3.             Tingkat pendidikan.
4.             Hereditas.
5.             Lingkungan.
6.             Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.
7.             Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
8.             Kenangan lama tidak berubah.
9.             Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari factor waktu.

     Perubahan Psikososial

  • Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panic dan depresif.
  • Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
  • Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau relasi
  • Sadar akan datangnya kematian.
  • Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
  • Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
  • Penyakit kronis.
  • Kesepian, pengasingan dari lingkungan social.
  • Gangguan syaraf panca indra.
  • Gizi
  • Kehilangan teman dan keluarga.
  • Berkurangnya kekuatan fisik.

Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3 yaitu perubahan biologis, psikologis, sosiologis.
(1). Perubahan biologis meliputi :

  • Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis yang menetap.
  • Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga dihubungkan dengan kekurangan vitamin A vitamin C dan asam folat, sedangkan gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan, penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
  • Dengan banyaknya gigi geligih yang sudah tanggal mengakibatkan ganguan fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
  • Penurunan mobilitas usus menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung nyeri yang menurunkan nafsu makan usia lanjut. Penurunan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air besar yang dapat menyebabkan wasir .
  • Kemampuan motorik yang menurun selain menyebabkan usia lanjut menjadi lanbat kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan dapat mengganggu aktivitas/ kegiatan sehari-hari.
  • Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek melambatkan proses informasi, kesulitan berbahasa kesultan mengenal benda-benda kegagalan melakukan aktivitas bertujuan apraksia dan ganguan dalam menyusun rencana mengatur sesuatu mengurutkan daya abstraksi yang mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun.
  • Akibat penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran nutrisi sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.
  • Incotenensia urine diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut yang mengalami IU sering kali mengurangi minum yang mengakibatkan dehidrasi.

(2). Kemunduran psikologis

  • Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk mengadakan penyesuaian–penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya antara lain sindroma lepas jabatan sedih yang berkepanjangan.

(3). Kemunduran sosiologi

  • Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman usia lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social seseorang sangat penting bagi kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan status social usia lanjut akan membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam menghadapi perubahan tersebut aspek social ini sebaiknya diketahui oleh usia lanjut sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin.

Perawatan Lansia


Perawatan pada lansia dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan yaitu:

Pendekatan Psikis.
Perawat punya peran penting untuk mengadakan edukatif yang berperan sebagai support system, interpreter dan sebagai sahabat akrab.

Pendekatan Sosial.
Perawat mengadakan diskusi dan tukar pikiran, serta bercerita, memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan klien lansia, rekreasi, menonton televise, perawat harus mengadakan kontak sesama mereka, menanamkan rasa persaudaraan.

Pendekatan Spiritual.
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan dan Agama yang dianut lansia, terutama bila lansia dalam keadaan sakit.

PERUBAHAN PADA PROSES MENUA

a. Perubahan fisik

  1. Sistem kekebalan atau imunologi, dimana tubuh kita menjadi rentan terhadap penyakit dan alergi.
  2. Basal Metabolic Rate (BMR) pada lansia turun sebesar 20% pada usia 90 tahun dibandingkan usia 30 tahun.
  3. Konsumsi energik turun secara nyata dibarengi menurunnya jumlah energi yang dikeluarkan tubuh.
  4. Air tubuh turun secara signifikan karena bertambah banyaknya sel-sel mati yang diganti oleh lemak maupun jaringan konektif.
  5. Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan mencerna makanan serta menyerapnya menjadi lamban dan kurang efisien, gerakan peristaltik usus menurun sehingga sering konstipasi.
  6. Sistem metabolik, yang menyebabkan gangguan metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang menurun. Akibat timbunan lemak.
  7. Sistem saraf menurun: rabun dekat, kepekaan bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang, pendengaran berkurang, reaksi (refleks) menjadi lambat, fungsi mental menurun, ingatan visual berkurang.
  8. Sistem pernapasan ditandai dengan menurunnya elastisitas paru yang mempersulit pernapasan (sesak), tingkat istirahat jantung meningkat dan tekanan darah meningkat.
  9. Kehilangan elastisitas dan fleksibilitas persendian, tulang mulai keropos (Hutapea, 2005).

b. Perubahan mental-emosional/jiwa

  1. Daya ingat menurun, terutama peristiwa yang baru saja terjadi.
  2. Sering pelupa/pikun.
  3. Emosi mudah berubah, sering marah-marah, mudah tersinggung (Bustan, 2000).

c. Perubahan psikososial

  1. Pensiun.
  2. Merasa sadar akan kematian.
  3. Perubahan dalam cara hidup.
  4. Ekonomi, akibat pemberhentian dari jabatan.
  5. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
  6. Gangguan saraf panca indera.
  7. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
  8.  Kehilangan hubungan dengan teman-teman dan family (Nugroho, 2000).

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA

  1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan (akibat keruskan gigi atau ompong).
  2. Berkurangnya cita rasa (rasa dan buah).
  3. Berkurangnya koordinasi otot-otot saraf.
  4. Keadaan fisik yang kurang baik.
  5. Faktor ekonomi dan sosial.
  6. Faktor penyerapan makanan (daya absorpsi) (Nugroho, 2000).

MASALAH GIZI YANG SERING TIMBUL PADA LANSIA

Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lanjut usia banyak terdapat di negara barat dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebihan, apalagi pada lanjut usia penggunaan kalori berkurang karena kurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan tersebut sukar untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah tinggi.

Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi pada organ-organ tubuh vital.

Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayur-sayuran dalam makanan kurang, apabila ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan, akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan mundur, kulit kering, lesu dan tidak semangat (Nugroho, 2000).

SYARAT MENU SEIMBANG UNTUK LANJUT USIA

  1. Mengandung zat gizi dari beraneka ragam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, zat pengatur.
  2. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lanjut usia adalah 50% dari hidrat arang kompleks (sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian).
  3. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30% dari total kalori.
  4. Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan lanjut usia, yaitu 8-10% total kalori.
  5. Dianjurkan mengandung tinggi serat yang bersumber pada buah, sayur, dan bermacam-macam pati, yang dikonsumsi dalam jumlah secara bertahap.
  6. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt dan ikan.
  7. Makanan mengandung tinggi zat besi (Fe), seperti kacang-kacangan, hati, daging, bayam, atau sayuran hijau.
  8. Membatasi penggunaan garam.
  9. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan mudah dicerna.
  10. Hindari bahan makanan yang mengandung tinggi alkohol.
  11. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah seperti makanan lembek (Nugroho, 2000).

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LANJUT USIA DALAM MENGKONSUMSI SERAT

Tingkat pendapatan
Semakin tinggi tingkat pendapatan, maka tingkat konsumsi bahan-bahan hewani seperti daging, ikan, telur semakin meningkat, sedangkan konsumsi bahan makanan yang mengandung serat seperti jagung, sayur, buah cenderung berkurang. Jadi hal itulah yang menyebabkan jumlah konsumsi serat makanan menurun.

Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pengetahuan tentang serat pangan.

Motivasi
Motivasi sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumsi serat seseorang. Semakin besar motivasi yang didapatkan maka semakin besar pula keinginan seseorang dalam mengkonsumsi kebutuhan akan serat pangan.

Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumsi serat seseorang. Penduduk pegunungan dan pedesaan lebih sering mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah bila dibandingkan dengan penduduk kota.

Petugas kesehatan
Petugas kesehatan seperti dokter, bidan, perawat kesehatan sangat berperan dalam jumlah konsumsi serat seseorang. Semakin banyak petugas kesehatan di suatu daerah maka semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang serat pangan di daerah tersebut.


DAFTAR PUSTAKA


  1.  Almatsier, S.2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC
  2. Arikunto, S.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.
  3. Arikunto,S.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Yogyakarta:Rineka Cipta.
  4. Azwar, A.2006. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Depkes: Jawa Timur
  5. Darmawan. 2008.Lansia Sebaiknya Jangan Kelebihan atau Kekurangan gizi.www. Keluarga Berencana & Kependudukan.com tanggal 5 januari 2009 jam 14.00.
  6. Darmojo, dkk.2006. Geriatri Ilmu Usia Lanjut.FKUI:Jakarta
  7.  Alimul, AH..2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba medika : Jakarta
  8. Hermana.2006. Trik Menjaga Stamina di Usia Lanjut. http://www.infosehat.go.id, diperoleh tanggal 3 januari 2009 jam 15.17
  9. Hernawati, I. 2006. Pedoman Tatalaksana Gizi Usia Lanjut Untuk Tenaga,Kesehatan.Depkes:Jakarta
  10. Hudak ; Gallo. 1998. Ilmu Keperawatan Kritis. Vol 1. Jakarta: EGC
  11. Hutapea, Ronald. 2005. Sehat dan Ceria Diusia Senja. PT Rhineka Cipta: Jakarta
  12. Maryam, S dkk, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya .Salemba Medika:Jakarta
  13. Nasrul, E.1998.Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2.Jakarta:EGC
  14. Notoadmodjo, S.2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
  15. Nugroho, W.2000.Keperawatan Gerontik & Geriatric. Edisi 3. EGC. Jakarta
  16. Nugroho, W. 2008.Gerontik dan Geriatik. EGC: Jakarta
  17. Nursalam.2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
  18. Pedoman Skripsi Tesis & Instrument Penelitian Keperawatan. Salemba Medika.Jakarta
  19. Nursalam.2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
  20. Pedoman Skripsi Tesis & Instrument Penelitian Keperawatan. Salemba Medika.Jakarta
  21. Nursalam, & Siti, Pariani.2001. Pendekatan Riset Keperawatan. Salemba. Jakarta.
  22. Reviana, C.2003. Status Gizi dan Pola Penyakit pada LanjutUsia.www.titin@litbang.depkes.go.id tanggal 5 januari 2009 jam 15.00
  23. Sastroasmoro, & Ismael, S.1995. Dasar-Dasar Metodologi Peneliian Klinik. EGC. Jakarta.
  24. Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
  25. Imam, S Dkk.2005.Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang
  26. Sugiono.2006.Statistik Untuk Penelitian. Bandung :Alfabeta
  27. Supariasa, I Dewa Nyoman.2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
  28. Tjokronegroho, Arjatmo dan Hendra, Utama .1995.Kecerdasan pada Usia Lanjut dan demensia . FKUI: Jakarta
  29. Yuniar, Rosmalina.2001. Gizi lansia, http://www.digilib.ui.com, diperoleh tanggal l5 januari 2009 jam 15.00
  30. Zakiah, Handayani.2007. Motivasi Keluarga, Pemenuhan Gizi, Lanjut Usia.wwwt.top gdlnode-gdl-res.com diperoleh tanggal 3 januari 2009 jam 15. 19

Repost from :  dr. Suparyanto, M. Kes