October 17, 2011

CERPEN - Sekolah

Cerpen ini sekaligus curahan hati aku pas SMA


Sekolah

Belajar, PR, Tugas-tugas, hal-hal yang tidak dapat dipisahkan dari sekolah, hal-hal yang wajib dilakukan oleh semua pelajar dimana saja. Namun jika berlebihan akan menimbulkan titik kejenuhan seseorang. Setidaknya itulah yang di rasakan “Izzy”, cewe 15 tahun yang baru saja duduk di bangku SMA.
            Bosan. Itulah hal pertama yang didapat oleh Izzy saat mendengar nama sekolahnya disebut. Belum pernah Izzy merasa bosan dengan sekolah sebelumnya. Apalagi dia termasuk anak-anak yang berprestasi ketika di SMP, dulu sekolah adalah hal yang paling menyenangkan baginya, tapi sekarang?????

**********************************
            Siang itu Izzy termenung memperhatikan buku-buku yang sepertinya sudah bosan dibiarkan begitu saja berserakan di meja belajarnya. “Hmmm, kapan ya aku bisa bebas dari tugas dan PR sebanyak ini. Guru tu mikir ga’ sich law mau ngasih tugas. Udah pulangnya sore, tugas banyak, eh hari minggu masih aja ada pelajaran tambahan. Ntar kalau ga’ buat PR dikira pemalas, padahal kan waktu ngebuatnya udah ga’ ada?!!” gumam Izzy kesal.
            Hari minggu, seharusnya dipakai untuk menenangkan otak setelah enam hari bekerja, tapi itu tidak berlaku bagi Izzy, hari  minggu sama saja dengan hari lainnya. Belajar, belajar, dan belajar. Dalam hati kecilnya, Izzy ingin sekali “berhari minggu” seperti teman-temannya yang ada di sekolah lain. Tapi apa boleh buat, hari minggu adalah satu-satunya hari dimana tersisa banyak waktu luang untuk mengerjakan tugas-tugasnya, walaupun itu setelah dia mengerjakan pelajaran tambahan.
********************************
            “Izzy….. bangun!!!, udah jam brapa nih, ntar anak mama telat loh…” Mama mencoba membangunkan Izzy. Tapi yang dipanggil tidak menyahut. Akhirnya mama masuk kedalam kamar Izzy.
Izzy masih berada dalam selimutnya, seperti orang kedinginan, mama kemudian meraba badan Izzy. “Astaga, kamu demam nak??”
            Tanpa aba-aba, mama langsung melarikan Izzy ke rumah sakit terdekat.
*******************************
            Sepulang dari rumah sakit, mama yang dari  tadi penasaran mencoba membuka rasa ingin tahunya mengapa Izzy sampai sakit.
            “Habis kemaren sore Zy pulangnya hujan-hujan ma, sebenarnya Zy cape’ banget dan rasanya ingin langsung tidur, tapi mau gimana lagi ma, tugas Zy masih banyak yang belum selesai ma…!” Izzy menjawab pertanyaan mamanya.
            “Lalu tadi malam kamu tidur jam berapa?”
            “Udah jam 3 ma”
            “Astaghfirullah nak, kenapa sampai begitu? Bikin tugas apa kok banyak banget?”
            “Ya tugas sekolah mama….., mungkin mama ga’ tau sebenarnya Zy sering tidur malam-malam untuk menyelesaikan tugas Zy ma, tapi mama lihat kan, Izzy udah berusaha, tapi tetap saja Zy ga’ masuk sepuluh besar di kelas. Zy capek ma, bosan!”
            “Tapi mama kan ga’ marah Zy kamu ga’ masuk sepuluh besar, mama percaya sama kamu kalau kamu itu sudah berusaha. Apalagi kamu berada di sekolah unggul, malah di kelas unggul, itu saja mama sudah bangga sama kamu.”
            “Sebutan anak unggul itulah ma yang sebenarnya belum siap Zy bawa, jujur Zy belum siap ma jadi anak yang di sebut anak unggul. Ma pernah bayangin ga yang biasanya dapet tiga besar, tiba-tiba si sepuluh besar aja ga’ masuk. Ga’ enak banget ma rasanya, sakit batin Zy nerimanya”
            “Lalu mau kamu sekarang apa?”
            “Buat Zy terserah mama papa aja, sebenarnya Zy bosan sekolah disini ma. Sekolah disini ga’ asyik banget, guru-guru yang ga’ adil sama muridnya, teman-teman yang ga’ suka sama kehadiran Zy disana, padahal Zy ga’ ngapa-ngapain. Mama tahu sendirilah kalau Zy tu satu-satunya anak dari SMP Anak Bangsa, umumnya kelas Zy di dominasi oleh anak-anak dari SMP Harapan Negara.”
            “Ya udah sekarang kamu tidak usah memikirkan tugas-tugas, sepuluh besar atau apalah yang berhubungan dengan sekolah kamu, yang penting sekarang kamu istirahat. Nanti kalau papa pulang kerja baru mama bicarain sama papa. Selamat tidur anak mama sayang…”
            Mama keluar dari kamar Izzy sambil menutup pintu.
************************************
Malam harinya….
            “Ma, bagaimana keadaan Izzy, apa sudah lebih baik?”
            “Sudah pa, tapi tadi dia bilang masih pusing”
            “Begini pa, tadi mama cerita-cerita sama Izzy…(bla bla bla)…….....”
            “Masa sih ma anak kita membuat tugas sampai jam 3???”
            “Pa tenang dulu, ini yang mau mama bicarain sama papa”
            “Ooo begitu. Ya sudah, ceritakan!”
“Pa, kayaknya Izzy tu tertekan dech pa pas dia dapet rangking yang anjlok kemarin, udah seperti anak yang ga lulus UN gitu pa. Sekarang dia itu beda pa, kalau mau ulangan tu sewotnya minta ampun, padahal dulu dia enjoy-enjoy aja pa. Seperti sudah tidak dengan perasaan melakukannya”
“Sebenarnya papa juga sudah merasakannya ma, sekarang papa susah banget ngajak Izzy buat jalan-jalan, alasannya tugas inilah, tugas itulah, papa fikir itu ga’ banyak-banyak amat !”
“Kalau begitu besok kita tanya langsung saja sama Izzy ya pa, biar kita tahu maunya itu apa?”
“Baiklah, sudah malam, ayo kita tidur ma!”
****************************************

Esoknya saat sarapan pagi…….
“Eh anak papa sudah sehat rupanya?” ujar papa saat melihat Izzy keluar kamar masih mengenakan piyamanya.”
“Udah sih pa, tapi Izzy izin satu hari lagi ya ma, pa, Izzy masih belum mau ketemu sama sekolah lagi”
“Ya sudah, tidak apa-apa, nanti papa ajak kamu jalan-jalan deh. Papa usahain pulang cepat hari ini. Jangan di tolak ya ajakan papa!”
“Iya deh pa…, makasih ya buat jalan-jalannya.
************************************************
Saat pergi jalan-jalan, terlihat sekali bahwa mereka adalah keluarga yang harmonis. Setelah bercengkrama dengan gembira, kemudian topik pembicaraan mereka kembali pada yang tadi pagi.
            “Jadi bagaimana Zy, kamu maunya apa?”
            “Pa, kalau Izzy disuruh untuk memilih, Zy lebih milih sekolah yang biasa aja, punya banyak temen yang baik-baik sama Izzy, ga punya beban dengan sebitan anak unggul. Jujur ma Izzy belum siap untuk jadi anak unggul!”
            “ Maksud kamu, kamu mau pindah?”
            “Ya gitu deh ma, boleh ga’?”
            “Bagaimana pa?”
“Kalau itu mau kamu, apa boleh buat, yang jalanin sekolah kan kamu, bukan papa atau mama. Jadi kamu berhak untuk memilih dimana kamu sekolah. Tapi ada syaratnya loh?!”
            “Ah papa pake syarat segala. Emang syaratnya apa?”
            “Sebaiknya pindahnya pas kenaikan kelas aja, soalnya nanggung ney!”
            “Ooo itu, ya deh pa, Zy bakalan nunggu dengan sabar kok”

                             ****************************************************
Akhirnya kenaikan kelas pun tiba. Izzy pindah kesekolah baru dengan semangat baru. Dan mulai hari itu papa dan mama Izzy sangat bahagia karena melihat anaknya bisa kembali tersenyum dan tertawa seperti sebelumnya. Bahkan di sekolah baru yang sama unggulnya dengan sekolahnya yang lama, Izzy kembali bisa meraih prestasi seperti biasa. Betapa tidak, di sekolah barunya Izzy mendapatkan teman-teman yang sangat baik kepadanya, Izzypun dengan mudah bersatu dengan mereka. Dan yang pastinya di sekolah baru Izzy tidak menemukan yang namanya belajar sampai sore.
Dari hal tersebut Papa dan Mama Izzy bisa mengambil kesimpulan bahwa tingkatan keberhasilan seorang anak bukan terletak pada sekolahnya, tapi bagaimana anak tersebut bersatu dengan lingkungannya. Dan Kesenangan belajar bukan dari lamanya waktu di sekolah, tapi bagaimana bisa memanfaatkan waktu sedikit di sekolah dan memberikan waktu yang cukup untuk belajar di rumah.

0 komentar:

Post a Comment